Beberapa tumbuhan yang dikenal sebagai afrodisiak adalah ginseng yang berasal dari
Dari beberapa penelitian awal, tumbuhan afrodisiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa-senyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan sirkulasi atau peredaran darah pada sistem saraf pusat (serebral) atau sirkulasi darah tepi (perifer). Efek meningkatkan sirkulasi darah itu juga terjadi pada genitalia pria. Beberapa penelitian pada binatang juga menunjukkan adanya aktivitas hormonal yakni hormon androgenik.
Peningkatan sirkulasi darah ini akan memperbaiki aktivitas jaringan tubuh sehingga secara tidak langsung akan memperbaiki fungsi organ. Sebagai akibat mekanisme tersebut, maka suatu obat tradisional jenis afrodisiak bisa digunakan untuk meningkatkan stamina.
Beberapa tumbuhan yang telah teruji secara klinis (dalam dosis tertentu) dapat meningkatkan stamina antara lain Panax ginseng, Siberian ginseng, Tribulus terrestris L., Muria puama (Ptychopetalum olacoides), Damiana (Turnera aphrodisiaca), Corynanthe yohimbe.
Disharmoni kehidupan seksual
Pemanfaatan obat tradisional dalam pengobatan belum optimal karena pada umumnya penggunaannya masih dalam lingkup masyarakat tradisional dan bersifat turun temurun. Belum menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan formal.
Masyarakat, khusunya kaum pria, menggunakan obat tradisional yang mengandung bahan afrodisiak untuk meningkatkan gairah seksual atau mengobati gangguan seksual, semisal impoten. Akan tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak semua afrodisiak berkhasiat dalam mengatasi gangguan seksual. Memang, ada beberapa yang bisa meningkatkan stamina sebagai akibat meningkatnya sirkulasi darah.
Menyinggung gangguan seksual, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila mengingatkan bahwa setiap gangguan (baik yang dialami pria atau wanita) bisa mengakibatkan disharmoni kehidupan seksual. Lebih jauh ia mengelompokkan gangguan (disfungsi) seksual berdasarkan jenis kelamin. Pada pria, disfungsi seksual meliputi: gangguan dorongan seksual (GDS), disfungsi ereksi, gangguang ejakulasi (baik dini maupun terhambat), disfungsi orgasme, dan dispareunia. Sementara pada wanita: gangguan dorongan seksual, dorongan seksual hipoaktif, gangguan aversi seksual, gangguan bangkitan seksual, dan gangguan orgasme.
Menurut Wimpie, sekitar 10 – 15% pria yang menikah mengalami disfungsi ereksi dan sekitar 20 – 30% mengalami ejakulasi dini. Pada wanita, angka disfungsi seksual lebih banyak lagi, 25 – 50%. Wimpie mengungkapkan bahwa dari 4.135 perempuan yang datang berkonsultasi atas inisiatifnya sendiri atau melalui pasangannya, ternyata 2.302 (55,7%) mengaku tidak pernah mencapai orgasme dan 527 (12,7%) jarang mencapai orgasme. Dari yang tidak pernah mencapai orgasme, 60 (2,6%) mengalami dispareunia, 67 (2,9%) mengalami dorongan seksual hipoaktif, dan 27 (1,2%) menderita vaginismus.
Penelitian terhadap tanaman yang secara empiris diyakini bermanfaat dalam memperbaiki fungsi seksual merupakan upaya ke arah penemuan obat baru untuk mengatasi disfungsi seksual. Tentu saja penelitian harus dilakukan dengan mengikuti prinsip penelitian ilmiah, antara lain harus dilakukan oleh peneliti dengan kualifikasi ilmiah yang tepat.
Pada saat ini sedang dilakukan penelitian buta ganda. Hasil sementara (dibandingkan dengan kelompok plasebo) menunjukkan bahwa obat tersebut dapat meningkatkan dorongan seksual, meningkatkan kesegaran fisik, dan memperbaiki nilai ereksi dan rigiditasnya. Kita tunggu saja bagaimana hasil akhirnya.
Sambil menunggu, jika terpaksa mengonsumsi obat tradisional sebagai afrodisiak beberapa faktor perlu dipertimbangkan:
Apakah penderita menggunakannya atas kemauan sendiri atau dengan bantuan orang lain tanpa diketahui penyebab atau diagnosis yang pasti?
Obat tradisional yang dipakai apakah terstandar, berapa dosisnya, dan lama pengobatannya?
Apakah hanya didasarkan pada pengalaman empiris?
Atas pertimbangan obat tradisional lebih jarang menimbulkan efek sampingan dibandingkan dengan obat modern, maka penelitian-penelitian terus dilakukan untuk membuktikan efektivitasnya. Selain tak berefek sampingan, bahan obat tradisional mudah didapat sehingga lebih terjangkau oleh daya beli masyarakat. (Yds)
Sumber: http://purwaceng-online.blogspot.com
3 komentar:
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Info saja Purwaceng tidak hanya bisa tumbuh di Wonosobo saja, kami telah mencoba menanam di magelang dan Yogyakarta, hasil tanaman sangat baik sekali walaupun dengan media seadanya. mo lihat di http://www.masterpuring.blogspot.com
Thank you! I didn't know they picked up on it until I saw your comment.
Posting Komentar